Beberapa hari lalu saya mendapat amplop putih kecil yang beruliskan nama saya di baliknya, saya raba sejenak, ternyata isinya kertas tebal sebesar kartu nama "itu undangan ulang taunnya R nis," kata P seorang yang dititipkan undangan untuk saya. R adalah teman sekelas saya sewaktu SD, iya kami lahir ditahun yang sama, jadi wajar ketika saya membaca angka 17 bercetak tebal di pojok kanan, pikiran itu kembali ke pemiliknya "Oh, Tahun ini aku juga".
Selama belasan tahun saya terlahir di dunia, belum pernah saya anggap ulang tahun itu penting, mungkin karena saya belum pernah menyimpulkan makna di dalamnya. Ketika ulang tahun itu datang, bisa saya atau teman teman, jangankan berpikir makna, yang terbersit hanyalah soal traktir dan menaktir juga soal 'Selamat ulang taun semoga panjang umur' dengan jabat tangan singkat dalam hitungan detik, kurang lebih itu yang orang (dan saya salah satu diantaranya) lakukan.
Sampai sekarang saya masih menerka apa makna Selamat Ulang Tahun, Apa yang diselamati? kita? tanggal? atau hanya perihal basa-basi sebelum menagih traktiran? ENTAH.
Minggu sore itu sambil duduk bersila di tengah-tengah acara ulang taun, saya banyak bercanda disana, ketawa dan makan bergantian, tapi kadang juga keduanya bersamaan. Keduanya berhenti saat saya punya kewajiban untuk meng-amini doa yang dilafalkan tuan rumah, saya menangkap beberapa kata yang tergaris bawahi secara otomatis sore itu : Bertambah umur.. Kedewasaan.. Diberikan yang terbaik kedepannya..
Iya, pikiran itu (lagi) kembali pada pemiliknya, 17 belas tahun adalah tolak ukur tentang kedewasaan. Setidaknya apakah saya memilikinya barang sedikit saja? ENTAH.
Ah, jadi mungkin ini yang dinamakan ulang tahun. Bukan perihal menyelamati tanggal atau rekomendasi tempat makan untuk ritual traktiran, sungguh bukan itu.
Ini perihal apa yang kita punya sampai detik ini. Tentang mensyukuri kebaikan Tuhan dan akumulasi jumlah hari yang telah kita nikmati, serta merenungkan kembali kedewasaan.
Barangkali saya memang remaja tanggung yang masih mencari kedewasaan, atau mungkin malam belum paham benar akan definisi dewasa itu sendiri, tapi setidaknya doakanlah saya agar sampai di titik itu?
Oke sekian. Selamat dini hari. Terima kasih.
Selama belasan tahun saya terlahir di dunia, belum pernah saya anggap ulang tahun itu penting, mungkin karena saya belum pernah menyimpulkan makna di dalamnya. Ketika ulang tahun itu datang, bisa saya atau teman teman, jangankan berpikir makna, yang terbersit hanyalah soal traktir dan menaktir juga soal 'Selamat ulang taun semoga panjang umur' dengan jabat tangan singkat dalam hitungan detik, kurang lebih itu yang orang (dan saya salah satu diantaranya) lakukan.
Sampai sekarang saya masih menerka apa makna Selamat Ulang Tahun, Apa yang diselamati? kita? tanggal? atau hanya perihal basa-basi sebelum menagih traktiran? ENTAH.
Minggu sore itu sambil duduk bersila di tengah-tengah acara ulang taun, saya banyak bercanda disana, ketawa dan makan bergantian, tapi kadang juga keduanya bersamaan. Keduanya berhenti saat saya punya kewajiban untuk meng-amini doa yang dilafalkan tuan rumah, saya menangkap beberapa kata yang tergaris bawahi secara otomatis sore itu : Bertambah umur.. Kedewasaan.. Diberikan yang terbaik kedepannya..
Iya, pikiran itu (lagi) kembali pada pemiliknya, 17 belas tahun adalah tolak ukur tentang kedewasaan. Setidaknya apakah saya memilikinya barang sedikit saja? ENTAH.
Ah, jadi mungkin ini yang dinamakan ulang tahun. Bukan perihal menyelamati tanggal atau rekomendasi tempat makan untuk ritual traktiran, sungguh bukan itu.
Ini perihal apa yang kita punya sampai detik ini. Tentang mensyukuri kebaikan Tuhan dan akumulasi jumlah hari yang telah kita nikmati, serta merenungkan kembali kedewasaan.
Barangkali saya memang remaja tanggung yang masih mencari kedewasaan, atau mungkin malam belum paham benar akan definisi dewasa itu sendiri, tapi setidaknya doakanlah saya agar sampai di titik itu?
Oke sekian. Selamat dini hari. Terima kasih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar