Jumat, 18 September 2015

Lembaran Baru (PPSMB 2015)

Share it Please
Hambatan itu mungkin saja sebuah penunjuk arah agar kita tak tersesat lebih jauh lagi. Selagi saya masih muda, ada baiknya saya percaya hal itu. Selagi masih muda jadi inilah waktu yang tepat untuk melatih diri untuk berprasangka baik pada takdir.
 
Hidup ini bukan peperangan melawan takdir.
Kegagalan ini mungkin pesan kasih sayang Tuhan untuk saya. Kekecewaan yang kemarin sempat terbersit mungkin adalah cara Tuhan mengajari saya tentang penerimaan.
 
Beberapa bulan terakhir ini saya diberi kesempatan untuk mencoba dan gagal.
Alhamdulillah beberapa jatah gagal saya telah terpakai tiga bulan terakhir ini.



Plan vs reality

Allah memberitahu saya bahwa yang saya gambar dalam pikiran hanyalah sebuah peta buta dengan skala satu banding ratusan ribu. Ya, peta hanyalah goresan berwarna yang tampak mudah untuk dijelajahi. Cobalah lihat ke lapangan, tak ada gunung yang tak menanjak, tak ada laut yang tak bergelombang, dan tak ada jalan yang tak punya cabang. Tak ada jalan tanpa persimpangan.

Inget bos : "Tulislah mimpi-mimpimu dengan pensil dan serahkan penghapusnya pada Allah supaya Ia menghapus bagian-bagian yang salah"

Well, setelah dua kali ditolak pujaan hati saya, satu universitas yang saya kira bakal jadi jodoh saya, akhirnya sekarang saya terdampar di sini: di Universitas yang keren.
Saya nemu banyak hal baru di sini, teman-teman yang hebat, pengalaman, solidaritas, dan cerita-cerita yang bakal saya simpan sampai tua, cerita buat anak-anak dan cucu.

 
 
PPSMB UGM 2015 membuka lembaran baru saya.
Di sana saya nemu banyak hal yang baru. Tentang tempat baru saya, teman-teman yang luar biasa, tentang apa yang bakal saya hadapi ke depannya, dan gambaran untuk menjadi orang hebat selanjutnya.

PPSMB bukan cuma menumbuhkan kebanggaan pada bangsa dan almamater, lebih dari itu. Kita juga diajak buat mencintai dan mengabdi, serta mencintai pengabdian itu sendiri.

Tri Dharma Perguruan Tinggi yang sempat disampaikan co-fast gugus saya mengingatkan saya bahwa jadi pandai itu kewajiban, bahwa mengimplementasi itu syarat, dan kembali pada masyarakat haruslah jadi tujuan orang-orang terdidik.

So, kalo saya sekarang cuma meratapi nasib kaya jomblo labil yang susah move on saya bakal ketinggalan satu langkah dari temen-temen dan semua orang yang memanfaatkan waktunya dengan baik.

Nah, ini lembar baru dalam buku perjalanan saya.

Herman Yohanes 06
 

Herman Yohanes 06
 

Herman Yohanes 06
 
Herman Yohanes 06
 
Herman Yohanes 06

Hidup saya dimulai lagi di sini. Gak ada waktu buat mengeluh dan sedih.
Saya harus lahir lagi.

Semangat dan jangan lupa bahagia ya, guys.

Tidak ada komentar: